Sebuah studi menyebutkan bahwa perempuan yang sering menderita migren dalam waktu panjang dan berulang akan memicu gangguan jiwa. Benarkah?
Seperti dikutip Telegraph, peneliti di University of California, Los Angeles (UCLA) telah melakukan penelitian terhadap 36.000 wanita yang menderita migrain dari beberapa tahun lal,u atau hingga kini masih terus mengalaminya. Mereka berada pada 36% risiko tertinggi terkena depresi.
Selama 14 tahun penelitian, gangguan mental lebih banyak terjadi pada wanita yang sering migrain, dibandingkan mereka yang jarang terkena migrain. Peneliti juga menemukan 6.500 wanita yang masih mengalami migrain berada pada risiko tertinggi mengalami depresi.
Peneliti Dr Tobias Kurth, seorang epidemiologi di Brigham dan Women's Hospital di Boston, mengatakan bahwa wanita yang memiliki migrain tidak boleh beramsumsi mereka akan mengalami depresi, tetapi harus menyadari penyebab yang bisa memicu risiko tersebut.
Migrain biasanya terjadi selama empat hingga 72 jam yang disertai rasa nyeri berdenyut di kepala, mual, muntah dan sensitif dengan suara dan cahaya.Penelitian sebelumnya juga telah menunjukkan wanita dengan migrain kronis lebih dari 15 kali dalam sebulan, maka berisiko empat kali lipat lebih mudah mengalami depresi.
"Kami harap temuan ini bisa mendorong para dokter membicarakan risiko yang akan dihadapi pasien migrain dan memberitahukan cara-cara terbaik untuk mencegah depresi," tambah Dr. Kurt.
Seperti dikutip Telegraph, peneliti di University of California, Los Angeles (UCLA) telah melakukan penelitian terhadap 36.000 wanita yang menderita migrain dari beberapa tahun lal,u atau hingga kini masih terus mengalaminya. Mereka berada pada 36% risiko tertinggi terkena depresi.
Selama 14 tahun penelitian, gangguan mental lebih banyak terjadi pada wanita yang sering migrain, dibandingkan mereka yang jarang terkena migrain. Peneliti juga menemukan 6.500 wanita yang masih mengalami migrain berada pada risiko tertinggi mengalami depresi.
Peneliti Dr Tobias Kurth, seorang epidemiologi di Brigham dan Women's Hospital di Boston, mengatakan bahwa wanita yang memiliki migrain tidak boleh beramsumsi mereka akan mengalami depresi, tetapi harus menyadari penyebab yang bisa memicu risiko tersebut.
Migrain biasanya terjadi selama empat hingga 72 jam yang disertai rasa nyeri berdenyut di kepala, mual, muntah dan sensitif dengan suara dan cahaya.Penelitian sebelumnya juga telah menunjukkan wanita dengan migrain kronis lebih dari 15 kali dalam sebulan, maka berisiko empat kali lipat lebih mudah mengalami depresi.
"Kami harap temuan ini bisa mendorong para dokter membicarakan risiko yang akan dihadapi pasien migrain dan memberitahukan cara-cara terbaik untuk mencegah depresi," tambah Dr. Kurt.